Kamis, 26 Maret 2009

dakwah keluarga

Karya saduran oleh abu waif/malik dari Kajian Keluarga Sakinah
Masjid Raya Batam, Ahad, 03 Februari 2002
Ust. Heru Winarno, MBA
Di


PENGANTAR
DAKWAH KELUARGA


Apabila kita katakan “dakwah islamiah”, maka yang kita maksudkan adalah “Risalah teakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan kepadanya, baik di depan atau di belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilaik mukzijat, dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi Saw. dengan sanad yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah”

Adapun di antara makna dakwah secara bahasa adalah:
1. An-Nida artinya memanggil; da’a Fulanun ilaa Fulanah, artinya si fulan mengundang si Fulanah,
2. Menyeru; ad du’a ila syai’I, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu.
3. Ad dakwah ila qadhiyah, artinya menegaskannya atau membelanya, baik terhadap yang haq ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif.

Di antara menyeru kepada yang batil adalah kisah yang dijelaskan dalam Al-Quran tentang Nabi Yusuf sebagai berikut:
Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi dakwah mereka kepadaku…” (Yusuf; 33)

Maksud dari kata dakwah di atas adalah kepatuhan kepada wanita-wanita dan terjerumus dalam dosa. Sebagaimana sabda rasulullah Saw. kepada kaum Aus dan Khazraj ketika mereka bersiap-siap untuk berperang, “Apakah (kalian menyeru) dangan dakwah jahiliah, sedangkan aku masih berada di tengah-tengah kalian?”

Diantara maknanya yang positif adalah firman Allah Swt. “bagi-Nya dakwah yang haq.” Dan firman-Nya,
“Allah mendakwahi (manusia) ke Darussalaam (Surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus (Islam).” (Yunus: 25)

di dalam suratnya, Rasulullah Saw. berbicara kepada Heraclius, “Saya mengajak kamu dengan di’ayah (dakwah),” maksudnya dakwah Islam, yaitu kalimat syahadah dan ajaran Allah. Oleh karena itu, orang yang beriman di masa Fir’aun berkata,
“Wahai kaumku, bagaimana kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu malah menyeruku ke neraka.” (Al-Mukmin: 41)

Dengan ayat-ayat tersebut, jelaslah bagi kita bahwa ada dakwah menuju surga dan adapula dakwah menuju neraka.

4. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama tertentu (Al Misbah Al Munir, pada kalimat da’aa)
5. Memohon dan meminta, ini yang sering disebut dengan istilah berdoa.

Allah swt berfirman,
“Ya Tuhan kami, kembalikanlah (kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang singkat, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Ibrahim: 44).

Dalam kamus bahasa Arab dikatakan bahwa pengertian du’aat adalah orang-orang yang mengajak manusia untuk berbai’at pada petunjuk atau kesesatan. Atas dasar itulah maka istilah “da’iyah” atau “dai” berarti orang yang mengajak pada petujuk atau kesesatan. Ini kikuatkan dengan sabda Rasulullah Saw.,
“Barangsiapa mangajak pada petunjuk, ia berhak mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan, ia berhak mendapat dosanya seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Muslim)
Setiap da’I memiliki ciri khas, tergantung pada apa yang ia dakwahkan. Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Kata du’aat adalah jamak dari da’I, seperti kata qadhi dan qudhaat, dan kata rami dan rumaat. Disandarkannya kata itu kepada Allah (dakwah Ilallah) adalah karena spesifikasinya, yaitu para da’I yang khusus menyeru kepada agama Allah, beribadah kepada-Nya, berma’rifat dan mahabbah kepada-Nya. Mereka itu adalah Khawash Khalqillah (makhluk Allah yang istimewa), yang paling mulia dan paling tinggi kedudukan dan nilainya disisi Allah.” (Miftah Daaris Sa’adah, Ibnul Qayyim).



Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar